Tag Archive for: Universitas Islam Indonesia (UII)


(TAMAN SISWA); Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Indonesia (UII) kedatangan tamu dari Fakultas Hukum (FH) Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Kunjungan kerja ini dilaksanakan pada Senin, (06/12) di Ruang VIP, Gedung Moh. Yamin (Gedung FH UII). FH UTM mengirimkan delegasinya sebanyak 16 orang, terdiri dari Wakil Rektor I, Dekan, Wakil Dekan I, Wakil Dekan III, Dosen serta tenaga kependidikan.

Kunjungan ini disambut langsung oleh Dekan FH UII, Dr. Abdul Jamil, S.H., M.H didampingi Sekretaris Jurusan FH UII, Bagya Agung Prabowo, S.H., M.Hum, Ph.D, Ketua Program Studi Hukum Program Sarjana, Prof. Dr. Budi Agus Riswandi, S.H., M. Hum. Sekretaris Program Sarjana, Internasional Program, Dodik Setiawan Nur Heriyanto, SH., M.H, LL.M., Ph.D, Prof. Dr. Ni’matul Huda, S.H., M.Hum., Dr. Mahrus Ali, S.H., M.H.Dr, dan tenaga kependidikan FH UII.

Abdul Jamil membuka acara kunjungan ini dengan sambutan. Dalam sambutannya ia mengenalkan sekilas tentang FH UII, mulai dari struktur pimpinan, dosen, kurikulum, lab yang dimiliki, fasilitas-fasilitas hingga sederet prestasi-prestasi yang telah dicapai sampai saat ini. Selain itu, Dekan FH UII juga menyampaikan bahwa kunjungan tersebut menjadi kunjungan terakhir di gedung ini. Karena, mulai tahun 2022 FH UII sudah berpindah dan menjadi satu di kampus terpadu.

Seusai memberi sambutan, Dekan FH UII mempersilakan kepada para peserta rombongan UTM untuk bertanya kepada Tim FH UII yang hadir pada saat kunjungan berlangsung. Menurut, Dekan UTM, Dr. Safi’, S.H.,M.H. tujuan kunjungan ini untuk silahturahmi dan belajar agar FH UTM dapat terus berkembang.

“Perguruan negeri maupun swasta diharapkan menjadi mandiri, sehingga tujuan kami kesini adalah silaturahmi, belajar dari para pendiri dan pimpinan FH UII untuk bisa menjadi mandiri, dan berkembang. Kami juga ingin membahas akreditasi karena tahun depan FH UTM akan melaksanakan reakreditasi, khususnya FIBAA. Dan juga kami ingin bertanya bagaimana caranya dalam satu periode kepemimpinan dapat menghasilkan 5 (lima) Guru Besar?” tutur Dekan FH UTM.

Menanggapi hal tersebut, Prof. Dr. Budi Agus Riswandi, S.H., M.Hum. menjawab bahwasanya untuk menjadi Guru Besar seorang dosen dituntut untuk mau menulis. “Rajin menulis naskah dan mau, jangan memikirkan naskahnya ini akan diterima atau tidaknya. Masukkaan saja terlebih dahulu, kemudian cari tempat vlain untuk dimasukkan naskah lainnya agar jika ditolak satu masih ada cadangannya.” jelas Kaprodi FH UII tersebut.

Dekan FH UII, juga menambahkan bahwa salah satu syarat untuk menjadi profesor yaitu publikasi internasional. Kemudian untuk akreditasi adalah peran dari mahasiswa dan alumni. FH UII memiliki visi misi untuk menghasilkan alumni sebagai praktisi, penggiat masyarakat, dan akademisi/peneliti. “Alhamdulillah, alumni-alumni FH UII juga berkarir di kancah internasional.” ungkap Abdul Jamil.

Karena mahasiswa juga berperan dalam proses akreditasi maka FH UII selalu mengadakan acara setiap setahun sekali yaitu Temu Wali. Dengan maksud dan tujuan yaitu melibatkan wali mahasiswa untuk dapat mengontrol aktivitas mahasiswa, seperti orang tua dapat melihat absensi, biaya tagihan kuliah, dan lain sebagainya.

FH UII juga memiliki penerbitan sendiri, yang saat ini sedang dikembangkan agar bisa mnejadi jurnal berindeks scopus. Harapannya penerbitan ini akan ditingkatkan ke ranah internasional dan menjadi badan penerbitan internasional.

Menindaklanjuti terkait Guru Besar, berhasilnya FH UII menghasilkan guru besar tidak luput dari bantuan para tenaga kependidikan (tendik). Para tendik membantu menyiapkan berkas-berkah dosen dan membantu proses menjadi guru besar. Kemudian pimpinan juga memberikan target kepada para dosen untuk menjadi Guru Besar.

Kunjungan kerja ini dilanjutkan dengan sesi tanya jawab lainnya, membahas bagaimana sistem kurikulum, mata kuliah yang ada, pusat-pusat studi, dan serta bagaimana cara FH UII mendapatkan berbagai sumber biaya.

Kunjungan kerja diakhiri dengan adanya sesi penyerahan cinderamata dari FH UTM kepada FH UII, maupun sebaliknya.

(TAMAN SISWA); Prestasi membanggakan kembali diraih oleh para mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) di Pekan Olah Raga (POR) Badan Pembinan olah raga Mahasiswa (Bapomi) DI Yogyakarta. Para mahasiswa UII meraih 3 (tiga) kejuaraan sekaligus di cabang olah raga (cabor) bulutangkis pada kategori tunggal putra dan ganda putra. Perlombaan tersebut digelar di Lapangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY) pada tanggal 27-28 November 2021.

Mahasiswa UII yang berhasil meraih kejuaraan pada kategori tunggal putra yaitu antara lain Ahmad Raihan Ishak dari Fakultas Psikologi & Ilmu Sosial Budaya (FPSB), berhasil meraih emas dan Alvianto Nugroho dari Fakultas Hukum (FH) behasil meraih perunggu. Sementara pada kategori ganda putra, Fahmi Aulia bersama Rafi Evan dari Fakultas Bisnis dan Eknomika (FBE) meraih emas.

Hadiah yang didapat pada ajang perlombaan ini yaitu piala dan piagam. Kemenangan ini tidak serta merta diraih tanpa adanya usaha, keempat mahasiswa UII melakukan latihan rutin di Phoenix Badminton Center dan GOR Keluran Sedan.

“Perlombaan ini sebagai ajang untuk mencari bibit-bibit atlit, agar bisa mewakili ke tingkat nasional. Sekaligus sebagai untuk membawa nama UII di perlombaan tingkat nasional cabor bulutangkis. Kami meminta doanya supaya di beri kelancaran, kemudahan dan kesuksesan. Aamiin.” ungkap Susanto Pego, pendamping dan juga orang tua dari Alvianto.

Memasuki semifinal, keempat mahasiswa UII didampingi oleh Dr. Abdul Jamil, S.H., M.H., yang merupakan Dekan FH UII . Ia datang memberi semangat kepada tim perwakilan UII. Sedangkan pada final, didampingi oleh Drs. Nanang Nuryanta, M.Pd. selaku Direktur Sarana & Prasarana UII.

Nantinya, pemenang pada setiap cabor tingkat daerah akan diikutsertakan lagi di tingkat nasional yaitu Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas). Pomnas rencananya akan diselenggarakan di Sumatera Barat pada Oktober 2022 mendatang.

(TAMAN SISWA); Kementerian Kesehatan (Kemenkes) resmi menetapkan batas tarif tertinggi RT-PCR atau PCR test Rp 275.000 untuk wilayah Jawa dan Bali sementara untuk luar Jawa-Bali adalah Rp 300.000. Menanggapi fenomena tersebut, Pusat Studi Hukum (PSH) Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan webinar dengan tema “Maju Mundur Kebijakan Harga PCR” yang diselenggarakan pada Sabtu, (20/11).

Dr. Fery Rahman yang juga merupakan Wasekjen PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyampaikan bahwa Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan Gold Standar  pemeriksaan pasien covid-19 di seluruh dunia. Namun demikian, menurut dr.Ferry , untuk melihat kondisi awal pasien cukup dengan skrining. Dr. Fery juga mengungkapkan bahwa terdapat beberapa komponen yang menentukan harga PCR yakni jasa pelayanan, bahan habis pakai (hazmat), Reagen, biaya administrasi dan komponen lainnya.

Bayu Satria Wiratama, Ph.D dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gajah Mada (UGM) mengungkapkan bahwa penurunan harga PCR sebetulnya bukan hal yang penting untuk dilakukan karena penggunaan PCR mandiri lebih untuk screening bukan diagnostik yang mana screening cukup dengan antigen yang sesuai standar WHO saja yaitu minimal sensitivitas 80%. Lebih penting lagi adalah pemanfaatan PCR untuk diagnostik (gratis) yang diperluas. “ Perubahan Harga sebaiknya didiskusikan dengan organisasi profesi terkait “ imbuhnya.

Dr. Siti Anisah, S.H., M.Hum, Dosen FH UII menyatakan bahwa terdapat sejumlah problematika yang timbul atas kebijakan penetapan harga PCR yang berubah-rubah ini yakni disparitas harga yang sangat bervariatif, dan kontrol bagi kualitas produk demi perlindungan konsumen . Ia juga menambahkan bahwa dalam hukum persaingan usaha, pemerintah turut meningkatkan peraturan main yang fair agar semua pelaku usaha yang punya effort ikut serta dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, dan mempunyai akses yang sama.

Dr. Fadhil Hasan, Ekonom Senior Institute for Development of Economic and finance mengungkapkan bahwa berubah-ubahnya harga PCR ini diakibatkan kurang transparansi dari sejak awal diberlakukan PCR. Menurutnya,  publik melihat bahwa kredibilitas yang dimiliki dari kebijakan ini di masa yang akan datang akan merendah, karena publik bisa menilai adanya konflik kepentingan dalam kebijakan publik. “ Keuntungan tendersial merupakan hal yang wajar dari perspektif usaha karena mereka adalah sebuah emtiti untuk memaksimalkan profitnya, namun jika hal ini berkaitan dengan keperluan publik maka urusan keuntungan harus di press karena sifatnya didahulukan.” ujarnya.

fh-uii-runner-up-kompetis-%20peradilan-semu-1

fh-uii-runner-up-kompetis-%20peradilan-semu-1Satu kebanggan lagi bagi sivitas akademika Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Indonesia (UII), setalah TIM FH UII berhasil menyabet tiga prestasi sekaligus dalam The Philip C. Jessup International Law Moot Court Competition 2015. 
 
Pertama prestasi sebagai Runner Up setelah berhasil menyisihkan paling tidak 15 tim lain dai Universitas besar lain seperti UI, UNPAD maupun UNAIR. Kedua prestasi sebagai Tim terbaik ketiga untuk kualiatas Memorial atau dokumen sidang. Dan ketiga, untuk dua tahun berturut-turut UII mendapat penghargaan Spirit of Jessup. Hal ini menunjukkan kesungguhan tim untuk tampil selalu tampil konsisten dalam performa terbaik.
Sejak mula, melalui Unit Kegiatan Mahasiswa LEM FH UII yaitu SAIL (Student Association of International Law), melakukan seleksi untuk kepesertaan tim ini. Akhirnya terpilihlah dua orang mahasiswi yang dinilai mampu bertarung dalam kompetisi yang sangat bergengsi ini, yaitu Uni Tsulasi Putri dan Fasya Addina. Untuk mendukung dua orang tersebut, ada tiga orang sebagai tim officer yang bertugas membantu menyediakan dan mempersiapkan dokumen, yaitu Haekal Al Asy’ari, Yaries Mahardika, serta Dion Ragil Kusuma. Tim ini juga didampingi oleh beberapa senior seperti Misyke dan Kiky dan juga tim dosen pendamping yaitu Nandang Sutrisna Ph.D., Sri Wartini, Ph.D., dan Ibu Dr. Sefriani.
 
fh-uii-runner-up-kompetis-%20peradilan-semu-2The Philip C. Jessup International Law Moot Court Competition 2015 ini merupakan kompesti simulasi peradilan atau peradilan semu di Mahkamah Internasional atau International Court of Justice (ICJ) dan merupakan salah satu kompetisi peradilan semu terbesar di dunia. Kompetisi ini pada tahap awal digelar di masing-masing negara untuk menentukan wakil (pemenang) yang akan mendapat golden ticket ke Washington untuk berkompetisi antar negara.
 
Pergelaran kompetisi ini di Indonesia berlangsung 6-8 Februari 2015 di FH Universitas Tarumanegara Jakarta itu hasil kerja sama Indonesian Society of International Law (ISIL), Mahkamah Konstitusi (MK), dan FH UNTAR serta didukung International Law Student Association (ILSA), dan American Society of International Law (ASIL).
 
Perjuangan TIM Jessup Moot Court FH UII tidak mudah. “Setelah tiga belas tahun turut berkompetisi sejak tahun 2003, baru tahun ini, TIM FH UII berhasil masuk dalam nominasi Juara.” Ungkap Uni dalam salah satu kesempatan wawancara.
 
Paling tidak ada tiga kendala yang dirasakan oleh TIM FH UII. Pertama keterbatasan waktu, mengingat kompetisi berdekatan dengan ujian sehingga konsentrasi tim tidak optimal. Kedua, bahan untuk menyusun pleading masih terbatas. Ketiga, kendala bahasa dan konfidensi atau kepercayaan diri pada peserta ketika harus tampil sebagai wakil negara dalam kompetisi moot court ini. Namun, dengan semangat yang kuat, semua kendala tersebut mampu disiasati dengan baik, sehingga mampu tampil dengan maksimal. 
 
Ke depan, Dekan Fakultas Hukum UII, Dr. Aunur Rohim Faqih, dalam salah satu kesempatan menyatakan akan mendukung penuh persiapan kawan-kawan untuk perlombaan ini agar dapat memperoleh hasil yang lebih maksimal. Amin. [s_enha]