Prodi S1 Hukum FH Terapkan Pola Pembimbingan Baru Gunakan Buku Pedoman DPA 2017

Tamansiswa (15/7), Program Studi Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia menyelenggarakan Sosialisasi Buku Pedoman Pembimbingan Akademik Mahasiswa Program Studi Sarjana (S1) Hukum FH UII dan Pembekalan Dosen Pembimbing Akademik (DPA) dan Pendamping DPA Sabtu, 15 Juli 2017 di Ruang Sidang Utama Gedung Prof. Moch Yamin FH UII jl. Tamansiswa 158 Yogyakartya.

Acara dibuka langsung oleh Dekan FH UII Dr. Aunur Rohim Faqih, SH., M.Hum. dengan menekankan kepada tujuan utama diselenggarakannya Prodi S1 Hukum ini adalah untuk mencetak mahasiswa yang berilmu amaliah dan baramal ilmiah. Maksudnya menjadi seorang sarjana yang aplicable, siap mengamalkan ilmunya namun dengan amal yang jelas disiplin dan landasan ilmunya. Sehingga para dosen dibantuk tendik harus mengawal secara ketat proses pembelajaran dan melakukan pembimbingan terhadap mahasiswa.

Selepas sambutan Dekan FH UII acara dilanjutkan dengan Sosialisasi Buku Pedoman Akademik oleh Kepala Program Studi S1 Hukum Hanafi Amrani, SH., LL.M., M.H., Ph.D. dan Pemanfaatan Teknologi Informasi sebagai pendukung pembimbingan akademik mahasiswa oleh Wakil Dekan Dr. Drs. Rohidin, SH., M.Ag. dengan moderator Dr. Budi Agus Riswandi, SH., M.Hum. Pada sesi terakhir materi Menjadi Pembimbing Akademik yang Baik disampaikan oleh Ibu Ratna Syifaa, S,Psi., M.Psi.

Hanafi menyampaikan bahwa pembimbingan akademik mahasiswa menjadi salah satu aspek penentu indek kelulusan program studi. Saat ini interaksi antara mahasiswa dengan pengelola program dijembatani oleh system informasi. Oleh karena itu jarang sekali mahasiswa bertemu dengan dosen wali/DPA. Terlebih dengan kemudahan antar muka system informasi yang dibangun semakin memudahkan mahasiswa dalam menempuh studi. Namun demikian untuk kasus tertentu, mahasiswa jadi tidak terperhatikan. Khususnya mahasiswa dengan kondisi kritis studi oleh karena terancam Drop Out (DO), Passing Out (PO), atau mahasiswa dengan Index Prestasi (IP) yang kurang memuaskan dan mahasiswa habis masa studi. Oleh karena itu wajar jika Dikti melalui borang akreditasinya menyaratkan ada pertemuan khusus antara dosen dan mahasiswa dalam interaksi pembimbingan akademik.

“Jika dibilang system informasi UII ketinggalan jaman, tidak juga!”, sanggah Rohidin ketika menyampaikan materi pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung pembimbingan akademik. Kita punya Unisys, didalamnya terdapat data mahasiswa meliputi: data induk yaitu data pribadi mahasiswa dan orang tua, transaksi mahasiswa mulai dari pengambilan mata kuliah, pembayaran biaya kuliah, dan transaksi peminjaman buku perpustakaan. Selain itu UII juga telah mengembangkan Google edupark. Yaitu funding program dengan google untuk memanfaatkan faslitas yang dimilikinya berupa gmail.uii.ac.id, storage unlimited pada google drive, komunikasi pembelajaran dengan classroom, hangout. Untuk mengelola pertemuan manajemen dapat menggunakan google calendar, dan masih banyak lagi fasilitas yang perlu di-explore untuk memaksimalkan pembelajaran dan manajerial institusi.

Dr. Rohidin menambahkan, “Saat ini UII melalui Badan Sistem Informasi (BSI) UII memfasilitasi pemanfaatan classroom sebagai media pembimbingan akademik bagi mahasiswa”. Ketika dilihat dalam klasiber.uii.ac.id maka telah tertera satu kelas Bimbingan Akademik. Dalam kelas tersebut sudah tertera nama-nama mahasiswa bimbingan akademik sesuai dengan SK yang dikeluarkan oleh Rektor. Ketika kelas tersebut diaktifkan melalui link klasiber.uii.ac.id maka mahasiswa anggota kelas tersebut akan diundang oleh Dosen Pembimbing Akademik (DPA) melalui classroom atau juga dapat diketahui melalui gmail UII mahasiswa yang dapat diakses oleh mahasiswa melalui gmail.uii.ac.id dengan password Unisys masing-masing. Setelah dosen mengaktifkan kelas bimbingan melalui klasiber.uii.ac.id, maka klasiber sudah tidak digunakan lagi namun nafigator sudah dipegang oleh classroom. Yaitu fasilitas google edu uii yang dapat diakses melalui login gmail uii, dan tidak dengan gmail biasa atau gmail.com.

Civitas akademik baik dosen, mahasiswa dan tendik semestinya mulai sekarang menggunakan akun gmail uii ini sebagai main akun (akun utama). “Bagaimana dengan akun yang lain?” tanya Rohidin. Akun yang lain dapat disinkronkan dengan gmail, sehingga informasi atau kiriman surat melalui email lama secara otomatis diteruskan ke gmail uii.

Dr. Rohidin menegaskan bahwa pemanfaatan smartphone (HP Android) dapat mempermudah dalam mengorganisasi google edupark. Karena dengan menambahkan akun tersebut dalam android maka semua informasi email telah ternotifikasi melalui android. Sehingga setiap saat kita dapat mengetahui kalau ada informasi atau kiriman baru. Termasuk ketika seorang mahasiswa mendapatkan tugas classroom, maupun ketika mahasiswa harus berinteraksi dengan pembimbing akademiknya.

“Bagaimana dengan tendik sebagai Pendamping DPA?” pertanyaan Rohidin yang dilontarkan kepada para tendik. Inilah hebatnya classroom, dimana pemilik kelas atau dosen dapat mengundang pengajar lain yang bias diasumsikan tendik yang ditunjuk sebagai Pendamping DPA akan diundang sebagai another lecture (pengajar lain). Ketika sudah diundang sebagai another lecture, maka tendik dapat membantu memberikan informasi terkait pembimbingan dan mengadministrasi catatan bimbingan tersebut untuk menjadi bukti bimbingan. Akan lebih sempurna lagi apabila tendik dan dosen betul-betul memanfaatkan Unisys sebagai identifier kasus-kasus akademik mahasiswa yang bermasalah kemudian memanfaatkan classroom ataupun jika diperlukan melalui jalur pribadi (email, whatsapp) dan tatap muka langsung untuk menangani permasalahan mahasiswa tersebut. Yang paling sederhana missal, kita dapat melihat presensi mahasiswa, jika mahasiswa bimbingan terlihat bolos, kita bias lebih awal menegur dan memberi nasihat. “Dan kita dapat memanfaatkan lebih jauh namun tentunya setelah kita mempelajari dan memanfaatkan hal-hal yang sederhana terlebih dulu untuk pembiasaan”, kalimat penutup Rohidin dalam sesi tersebut.

Sesi terakhir diisi oleh Ratna Syifaa, S.Psi., M.Si. dengan mempraktikkan bagaimana seorang pembimbing akademik dalam menghadapi mahasiswa. Mahasiswa biasanya menghadap dosen jika ada masalah. Atau bahkan mahasiswa terpaksa bertemu dosen pembimbing akademik karena ada masalah kemudian dipanggil menghadap. Untuk mahasiswa yang sedang bermasalah maka kata Ratna Syifaa, “Seorang pembimbing akademik cukup menjadi pendengar, karena dengan kita dengarkan ‘curhat’ mahasiswa  maka 50% masalah yang sebenarnya sudah terselesaikan”. Namun saat ini sulit sekali mendapatkan orang yang mau mendengarkan. Inilah yang berat bagi dosen pembimbing akademik untuk melakukannya. “Perlu waktu dan kesabaran”, seru Ratna Syifaa.

Acara berakhir pada tengah hari setelah mendengarkan beberapa pertanyaan menarik dari peserta sosialisasi buku pedoman akademik. Dan salah satu yang menjadi pekerjaan rumah bagi DPA dan Pendamping DPA adalah bahwa mahasiswa diminta menemui mereka sebelum Key in RAS untuk melakukan pembimbingan khususnya terkait dengan pengambilan mata kuliah semester depan.